Jumat, 28 April 2017

Politik Buatku Seperti Beli Kucing Dalam Karung

46 km dari hiruk pikuknya ibukota.
Aku tak mendengar suara mendesing kendaraan sombong yang membelah jalan seperti biasa.
Meskipun aku suka Jakarta, menatap lampu2 jalannya dimalam hari, atau petikan gitar dari pengamen2 amatiran, atau aroma tembakau dari pria2 di warung kopi, atau segala hal yang menggambarkan kegetiran hidup.
Namun aku lebih suka di sini, meringkuk di kamarku menikmati bait-bait gerimis yang seolah berpuisi. 
Mengamati dunia dari 3 inc
layar smarphoneku, melihat berita2 hoax, melihat postingan gambar2 wanita telanjang, melihat status menggelikan para ABG, atau mereka yang saling memaki dan meludahi saudaranya sendiri, demi sesuatu yang asing bagi mereka.
Aku benci dengan mereka yang berteriak2 di media sosial, yang berdemokrasi namun caranya anarkis.
Berbeda pendapat berarti salah.
Berbeda pendapat akan dihujat.
Berbeda berarti kafir.
Seperti itukah demokrasi ?
Ingatkah kamu sewaktu SD Pak guru pernah bilang bahwa Indonesia adalah Bhinneka tunggal Ika, apakah itu hanya slogan kosong ?
Apa salahnya jika aku ke masjid dan kamu ke gereja ? Bukankah itu adalah pilihan setiap manusia.
Aku muslim, tapi aku tidak suka agamaku dipolitisasi ! 
Biarlah aku dengan agamaku, kamu dengan agamamu, dan mereka dengan agama mereka. 
Jangan cemari kesucian agama dengan politik yang kotor, karena dalam dunia politik kamu tidak akan pernah tahu siapa kawan siapa lawan. 
Jika kamu ragu, maka DIAM lah, itu akan lebih baik.


Kamis, 27 April 2017

Belajar Bukan Untuk Bekerja, Melainkan Untuk Hidup

Ketika pertama kali memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah, sebagian dari kita mungkin merasa bingung dengan progam studi apa yang akan kita pilih nantinya. Hal tersebut wajar saja, karena ketepatan dalam memilih jurusan sangat menentukan tingkat keberhasilan kita kedepannya. Tentu ada beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan dalam hal ini, namun yang utama adalah passion dalam diri, itu adalah hal terpenting namun paling sering dilupakan. Kebanyakan yang terjadi saat ini, para calon mahasiswa memilih progam studi bukan berdasarkan minat melainkan mengikuti kebutuhan pasar. Mereka berharap bisa mendapatkan pekerjaan yang mapan ketika lulus kuliah nanti. Makanya tak heran perbedaan jumlah peminat satu progam studi dengan progam studi yang lain bisa sangat signifikan. Adanya perbedaan yang signifikan tersebut biasanya disebabkan oleh sikap antisipasi dari para calon mahasiswa, mereka ingin meminimalisir kemungkinan untuk jadi pengangguran bergelar sarjana. Karenanya kebanyakan dari mereka memilih cari aman dengan mengambil progam studi yang paling banyak dicari perusahaan dengan mengesampingkan passion. Hal itu secara tidak langsung telah mengelasduakan progam studi yang minoritas. Seperti contoh setiap tahun ajaran baru dimulai jumlah peminat progam studi sastra hanya 10% dari jumlah peminat progam studi ekonomi , yaa jika dibandingkan, peminat sastra, khususnya sastra Indonesia bisa dikatakan sangat minim. Hal tersebut terjadi karena progam studi sastra dianggap kurang menjanjikan untuk masa depan, jadi bukan karena progam studi sastra tidak menarik, namun lebih kepada rasa takut mahasiswa akan sulitnya mencari pekerjaan dengan bermodal gelar SS/S.hum. Padahal sebetulnya peluang seorang sarjana sastra sama besarnya dengan sarjana-sarjana lain, tidak sedikit seorang sarjana sastra yang berhail meraih kemapanan. Untuk itu kita perlu mematahkan paradigma masyarakat yang menganggap jika ingin sukses kita harus mengikuti kebutuhan pasar,  padahal satu hal yang perlu kita garis bawahi adalah bahwa kita belajar bukan untuk bekerja, melainkan untuk hidup. 

Minggu, 16 April 2017

Asuransi Sebagai Tolak Ukur Kemapanan.

Sekarang ini asuransi bukan menjadi hal yang tabu lagi. Mengingat resiko bisa terjadi kapanpun dan dimanapun, ditambah dengan mahalnya biaya rumah sakit, otomatis meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya sebuah perlindungan. Hampir semua kalangan memiliki asuransi saat ini, baik asuransi Pemerintah seperti BPJS kesehatan maupun asuransi swasta lainnya. Kebanyakan dari mereka beralasan dengan adanya asuransi, mereka telah mengalihkan kerugian pada saat terjadi resiko. Hal ini cukup masuk akal, karena dari data statistik yang ada, setiap tahun pihak rumah sakit menaikkan tarif untuk rawat inap hampir 30%. Hal itu tentu cukup membuat resah, karena pastinya keluarga akan mengalami masalah keuangan ketika ada salah satu anggota keluarganya dirawat inap. Dengan tingginya peminat asuransi saat ini, produk asuransi yang dijual pun berkembang. Kalau dulu kita hanya mengenal asuransi terbatas pada jiwa dan kesehatan saja, sekarang hampir segala resiko dapat dilindungi asuransi, seperti kecelakaan, penyakit kritis, harta benda dan lain-lain. Bahkan saat ini asuransi juga bisa dijadikan tabungan kecil-kecilan, karena beberapa perusahaan asuransi selain menawarkan jasa perlindungan, juga menawarkan sarana simpanan dana melalui progam investasi. Tak sedikit masyarakat yang tertarik dengan asuransi dengan sistem ini, karena asuransi jenis ini dianggap sangat efektif. Disamping mendapatkan perlindungan, tentunya pengguna juga akan memiliki perencanaan keuangan yang lebih matang untuk kedepannya. Makanya tak heran jika kini asuransi masuk daftar tolak ukur kemapanan seseorang.